Sasuke Vs Kakasi

Kamis, 15 November 2012

Asal Mula Kota Ketapang

Asal Mula Kota Ketapang

Pada awal tahun 1874 M sama tahun 1219 H, setelah 29 tahun Penembahan Alhajji Gusti M.Sabran memerintah kerajaan Matan IV dengan Ibu Kotanya Tanjungpure, beliau mendapat laporan-laporan dari nahkoda-nahkoda perahu yang berlayak ke Singapura dan kepulauan Jawa, kembalinya selalu diganggu dan dirampok oleh bajak laut (Lanon) yang berkeliaran di sekitar selat karimata dan mendekati Muara sungai Pawan (Tanjung Kaili/Kandang Kerbau).
Mendengar laporan dari nahkoda-nahkoda tersebut Maka Penembahan Alhajji M.Sabran, mengadakan musyawarah dengan para pangeran-pangeran sebagai pembantu beliau menjalankan pemerintahan, untuk mencari jalan keluar dari keadaan tersebut. Demi keamanan lalu lintas pelayaran, hingga barang-barang hasil bumi/hutan, dapat dibawa dengan perahu layar dijual ke pulau Jawa, Singapura dan lainnya, dan juga membawa masuk barang dari luar, untuk dibawa Kekerajaan Matan di Tanjungpura, guna kemakmuran rakyat.
Musyawarah tersebut telah memutuskan dan menunjuk H. Abas dengan gelar Penggawa Kuala Matan, untuk mengamankan lalu lintas pelayaran dengan diberi cap/stempel jabatan, dan segera berangkat ke Kuala Matan membuat pemukiman baru, seraya melaksanakan tugas yang telah diberikan oleh pemerintah kerajaan Matan IV di Tanjungpura. Setelah H. Abas menerima, lalu H.Abas menagdakan persiapan mengajak dan membawa sanak keluarga yang ingin pindah ke Kuala Matan, untuk membuat pemukiman baru, yang barang kali pemukiman baru itu, kehidupan pada masa depan akan bertambah baik, ajakan H. Abas itu, disambut oleh keluarga, termasuk Imam Muhsal sebagai pimpinan Agama, dan Enci Yasin sebagai pemuka masyarakat. Lalu beberapa perahu telah disiapkan dan dilengkapi dengan perbekalan serta beberapa buah rakit yang bermuatan kayu belian, yang disiapkan untuk bangunan. Sebelum berangkat menuju Kuala Matan, H. Abas didampingi Imam Mursal dan Enci yasin menghadap penembahan Ahajji Gusti M.Sabran, untuk pamitan dan mohon petunjuk, saran serta doa restu beliau agar tugas yang dibebankan padanya, dapat berjalan dengan sebaik-baiknya, dan selalu mendapat Ridha Allah SWT.
Sampailah pada waktyu yang ditentukan, berangkatlah H. Abas beserta keluarga dengan menggunakan beberapa perahu dan rakit meningalkan kota Tanjungpura menuju Kuala Matan. Setelah satu hari satu malam dalam perjalanan mengunakan dayung,, tibalah iringan perahu dan rakit tersebut masuk ke Kuala Matan, dari jauh H. Abas melihat sebatang pohon yang rindang di tepi sungai Pawan seberang kanan mudik, lalu H. Abas memberikan isyarat kepada tukang kemudi agar perahu dan rakit singgah merapat kepohon kayu yang rindang. Setelah diperhatikan oleh orang-orang yang berada di perahu maupun di rakit, bahwa kayu yang rindang itu bernama Tapang sejenis kayu nomor 2 setelah belian sama dengan kayu merabu, belangir dan selumar. Anak buah yang berdayung di depan bertanya kepada Datuk Pengawa “kemane menambat perahu ni tuk?’, Datuk Pengawe H.Abas, menjawab “Wai tambatkan ke Tapang bah”, Maksudnya tambatkan kepohon Tapang. Jadi menurut cerita orang-orang yang ikut pindah dari Tanjungpura ke Kuala Matan, inilah asal mulanya nama Ketapang. Setelah itu Ketapang menjadi ibu kota Kuala Matan.
Kemudian setelah perahu dan rakit bertambat dengan baik, maka H. Abas beserta Imam Muhsal, Enci yasin dan yang lainnya mencari tempat baik untuk mendirikan pemukiman lahan peladang dan kebun. Setelah dapat lahan H. Abas memilih tempat dekat dengan pohon Tapang, untuk mendirikan rumah kediaman, sedangkan Imam Muhsal memilih tempat kurang lebih 200 M sebelah hulu dan Enci Yasin memilih tempat kurang lebih 150 M sebelah hulu dari Imam Muhsal. Bangunan rumah di depan Imam Muhsal berbentuk musholah.
Setelah keluarga mempunyai tempat tinggal yang layak, barulah Pengawa Kuala Matan H. Abas melaksanakan tugas pengamanan lalu lintas pelayaran dari Selat Karimata sampai ke laut Muara Sungai Pawan Tanjung Kaili dan Kandang Kerbau. Senjata untuk pengamana seperti senapan atau senjata api lainnya tidak punya, hanyalah bersenjatakan Gong (Tetatawak).
Pada suatu hari masuklah sebuah perahu layar yang datang dari pulau Jawa (Semarang) dan nahkodanya melapor langsung pada Penggawa H. Abas bahwa mereka ketika kan masuk ke Muara Tanjung Kaili dikejar bajak laut (lanon), untunglah angin diwaktu itu adalah angin laut sehingga perahu melaju dengan cepat memasuki Muara Tanjung Kaili dan tak terkejar oleh bajak laut dengan rombongannya. Mendapat laporan dari nakhoda H. Abas memangil anak buahnya untuk menyiapkan perahu serta dayung dan dengan persenjataan Gong (Tetawak) berangkat milir menuju Muara langsung menuju ke laut. Setelah nampak iring-iringan perahu bajak laut, lalu H. Abas memberi isyarat, supaya anak buahnya berhenti berdayung. H. Abas berdiri dalam perahunya dan memukul Gong (Tetawak) Kira-kira setengah jam kemudian, perahu bajak laut menaikan layar menuju perahu H. Abas.
Selanjutnya H. Abas memerintahkan kepada anak buahnya supaya berjaga-jaga untuk menghadapi segala kemungkinan. Setibanya dekat perahu H. Abas, bajak laut menurunkan layarnya salah seorang pimpinannya mewakili anak buahnya menyerah kepada H. Abas. Oleh H. Abas, semua bajak laut itu dibawa ke Kuala Matan dan setibanya di rumahnya diberikan jamuan dan pada malam harinya diadakan malam bersukaria, dengan permainan yang disukai mereka, yaitu permainan loncong tarian terdiri dari pria dan wanita. Keesokan harinya setelah sarapan pagi berkumpul kembali lalu H. Abas membujuk mereka supaya mau meninggalkan kebiasaan mereka dan mengajak mereka bermukim di darat seperti bercocok tanam, dan menjadi nelayan menangkap ikan untuk memberi nafkah keluarga.
Setelah mengadakan mufakat bersama, mereka menerima ajakan H. Abas. Lalu H. Abas mengatur pemukiman mereka, dan memberikan lahan-lahan tempat mereka untuk bercocok tanam terutama masalah perladangan di berikan benih dan sebagainya. Ketika sampai masanya panen mereka sangat senang sekali, mereka sudah tidak main gelombang lagi. Setelah itu keamanan lalu lintas pelayaran tetangga berdatangan mengadakan jual beli. Setelah itu banyaklah pemukiman-pemukiman baru yang tinggal di Kuala Matan, dan dalam waktu yang singkat Kuala matan menjadi pusat perdagangan.
Beberapa bulan kemudian Penggawa Kuala Matan mengeluarkan Surat Keterangan Jual Beli tanah perbatasan tertanggal 19 Syawal 1219 H yang ditanda tangani beliau sendiri serta dibubuhi cap jabatan. Setelah diadakan penyesuaian dengan tahun Masehi dan berpedoman Al-Manak 130 tahun, terdapatlah bersamaan dengan tanggal 19 November 1874 M. (H. Ibrahim Badjuri)

0 Comments:

 

blogger templates 3 columns | Make Money Online